
Saya bersyukur Desa Dasun ditetapkan menjadi Desa Pemajuan Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No: 1134/F5/KB.02.04/2021. Selain Dasun bisa setara dengan tempat-tempat yang maju dalam pelestarian kebudayaan, juga sebagai momentum penyambutan atas ditetapkan Lasem sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional serta Lasem Kota Pusaka. Meskipun dalam DED Pembangunan Kota Pusaka Lasem, kawasan Desa Dasun sama sekali tidak terjamah perencanaan penataan. Namun itu tak menjadi masalah, Dasun akan tetap mengepakkan sayap pemajuan kebudayaan Desa dengan sepenuh hati dan jiwa.
Dasun yang memiliki sumber kebudayaan bahari menjadi sangat penting bagi kondisi saat ini yang mana Indonesia ingin menjadi poros maritim dunia. Kebudayaan bahari yang hidup di Dasun secara turun temurun tidak lepas dari kondisi geografis Dasun dan juga pola interaksi masyarakat zaman dahulu. Dasun yang berada di tepian Laut Jawa menjadi salah satu jaringan rempah nusantara karena bertempat strategis sehingga masyarakatnya kosmopolitan dari dulu sampai sekarang.
Hal itulah yang kemudian memunculkan ide untuk menerbitkan buku yang kedua bagi desa kami yakni Pemajuan Kebudayaan Desa. Apabila buku yang pertama berjudul Dasun: Jejak Langkah dan Visi Kemajuannya yang ditulis oleh sekretaris Desa Dasun membahas mengenai sejarah panjang Desa Dasun dan bagaimana proses pemajuan Desa Dasun dari berbagai kepala Desa sehingga diformulasikan menjadi visi kemajuan Desa Dasun. Buku yang kedua ini lebih cenderung memberikan deskripsi dan narasi total tentang kebudayaan bahari Desa Dasun yang melandasi kehidupan dan kemajuan desa. Dalam buku ini, menyajikan deskripsi dan identifikasi kebudayaan bahari yang total dan terarah. Karena di dalamnya juga terdapat nilai-nilai ilmu pengetahuan, pengembangan teknologi, produk turunan dan formula transformasi sosial menggunakan pemajuan kebudayaan.
Buku yang ditulis oleh pemuda asli Desa Dasun ini saya sangat mengapresiasi setinggi tingginya. Lantaran penulisnya sendiri juga tampil dalam proses pelestarian kebudayaan bahari Desa Dasun. Mas Angga Hermansah setidaknya pernah ikut melaut mencari rajungan dan teri menggunakan perahu. Ia juga pernah mencari kerang, mencari tiram. Mas Angga juga membantu kedua orangtuanya mengharap tambak garam dan budidaya bandeng di tambak bengkok kakaknya yang merupakan sekretaris desa Dasun. Jadi apa yang ditulis oleh mas Angga ini tidak ia hasilkan dari penerawangan yang tanpa dasar. Mas Angga tahu betul bagaimana tantangan menjadi seorang nelayan Dasun. Bagaimana tahap demi tahap mengolah air laut menjadi garam. Bagaimana keahlian masyarakat Desa Dasun mencari kepiting dengan ngleleg. Semua yang Mas Angga tulis penuh dengan kejujuran.
Saya menyaksikan betul proses dari penyusunan buku ini yang sangat melelahkan. Mas Angga dibantu oleh Mas A. Sholeh Syarifuddin dan kawan-kawannya malam demi malam berkunjung ke rumah-rumah para informan yang bercerita berbagai hal tentang kebudayaan Desa Dasun seperti ritus kehidupan, alat tangkap, sandang, papan, makanan, obat obatan, permainan tradisional, alat-alat budidaya bandeng dan pertanian garam sampai kesenian tradisional.
Bahkan selain kami anggarkan dalam APBDES Perubahan Tahun 2021. Mas Angga dengan rela hati menggunakan dana pribadi dari hasil jerih payahnya menjadi Pendamping Daya Desa Kemendikbud untuk menyusun buku ini. Karena memang penyusunan buku Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun ini banyak sekali anggaran yang tidak tercover di APBDes. Oleh sebab itu, kami selaku pemerintah Desa mengucapkan terimakasih kepada Penulis dan juga seluruh pihak yang membantu dalam tersusunnya Buku Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun. Buku ini adalah buku babon Kebudayaan bagi Desa Dasun dan wilayah pesisir lainnya di Pantai Utara Jawa yang relatif memiliki kesamaan dalam bidang kebudayaan bahari.
Sekali lagi saya mengapresiasi dan sekaligus saya berikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seorang pemuda asli desa yang telah membuat karya untuk desanya dengan merelakan dan berkorban baik waktu tenaga dan pikiran bahkan materi demi panggilan negeri ini. Sungguh luar biasa dan semoga mampu menginspirasi pemuda pemudi desa yang lainya.
Sujarwo – Kepala Desa Dasun
*) Tulisan ini merupakan sambutan kepala desa dasun pada cetakan pertama Buku “Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun”
More Stories
Sejarah Kawitane Wong Jowo Lan Wong Kanung
Arak arakan dan Pagelaran Wayang Alang alang di Situs Kadisono Desa Sendangagung Rembang
Filosofi Ajaran Jawa, Eyang Karsid Kusriyana